SELAMAT DATANG SAHABAT

SELAMAT DATANG SAHABAT

Anda adalah pengunjung yang ke .....

Counter

video denmas

Kamis, 10 April 2008

Ikan Aneh dari Ambon Punya Mata Seperti Manusia


Ikan Aneh dari Ambon Punya Mata Seperti Manusia



Seekor ikan yang ditemukan di perairan Ambon sangat aneh karena memiliki mata seperti manusia. Tidak seperti ikan lainnya, kedua matanya menghadap ke depan di permukan mukanya yang rata. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip bawah dilapisi kulit yang lembut dan tipis yang bergaris-garis coklat muda dan putih. Hewan seukuran genggaman tangan manusia ini sangat luwes menyelinap di antara celah karang sehingga jarang ditemui.

Secara umum ikan tersebut dikelompokkan sebagai ikan penjerat (anglerfish) atau ikan katak (frogfish) yang suka berdiam di satu tempat dan memancing mangsanya datang. Namun, sosoknya yang aneh tak dijumpai dalam literatur ikan manapun. Ikan tersebut ditemukan pertama kali oleh pemandu selam Toby Fadilsyair lima belas tahun lalu. Namun, sampai sekarang proses identifikasi terhadap ikan tersebut belum pernah dilakukan karena sulitnya merekamnya dari dekat.

Beruntung, pada Januari 2008 lalu, penyelam Mark Snyder dari Maluku Divers berhasil memotret seekor di antaranya dari dekat dan dari berbagai sudut. Foto-foto tersebut kemudian dikirim kepada Profesor Theodore Pietsch, pakar ikan dari Sekolah Kelautan dan Ilmu Perikanan Universitas Washington untuk diidentifikasi.

"Begitu saya melihat foto tersebut, saya tahu bahwa ia jenis anglerfish karena sirip-sirip di sisi badannya yang mirip kaki," ujar Pietsch. Sirip yang khas ini berfungsi untuk membantu ikan tersebut merayap di dasar laut daripada berenang untuk berpindah ke tempat lain. Namun, tidak seperti ikan penjebak umumnya, ia tak memiliki semacam pancing di atas kepalanya untuk menarik perhatian mangsa.

Mukanya yang rata dan dua mata yang menghadap ke depan membuatnya kaget karena tidak pernah ditemuinya selama 40 tahun mempelajari karakteristik ikan. Kebanyakan ikan memiliki mata yang menghadap ke kanan dan kiri badannya. Sepasang mata yang menghadap ke depan membuat ikan tersebut memiliki kemampuan melihat secara binokuler layaknya manusia. Sepasang mata yang melihat objek sama seperti ini sangat berguna karena dapat menentukan jarak objek di depannya dengan lebih tepat.

Meski bukti-bukti cukup kuat, perlu identifikasi langsung baik secara moefologi maupun tes DNA untuk memastikan apakah ikan ini dapat dimasukkan sebagai kelompok tersendiri. Sejauh ini para ilmuwan telah mengelompokkan ikan-ikan penjerat ke dalam 18 familia dan Pietsch yakin ikan ini masuk ke dalam familia ke-19. Untuk mengungkapnya, Pietsch telah mendapat sokongan dari lembaga riset AS National Sience Foundation.
(AP/LIVESCIENCE/WAH) foto: M. Snyder © 2008 Kompas

Minggu, 20 Januari 2008

Cara Mudah Memutihkan Gigi

Cara Mudah Memutihkan Gigi

Gigi yang putih tentu menjadi dambaan banyak orang. Sayangnya, minuman dan makanan yang kita makan bisa menyebabkan noda pada gigi. Menyikat gigi ternyata sering juga tak mampu menghilangkan noda membandel pada gigi. Cara termudah adalah menghindari makanan yang bisa meninggalkan noda. Berikut ini tips mudah menjaga gigi agar tetap putih.

Pertama, gunakan sedotan jika minum kopi, teh, coca-cola dan anggur merah. Dengan demikian, minuman tak perlu langsung mengena pada gigi.

Kedua, perbanyak makanan yang bisa berperan sebagai pemutih gigi secara alamiah seperti buah dan sayuran. Apel, wortel dan seledri terbukti cukup efektif untuk ‘membersihkan' gigi.

Ketiga, sejumlah makanan menciptakan lapisan ‘film' yang akan melindungi gigi dari terbentuknya noda. Brokoli, daun selada dan bayam adalah makanan yang bisa mencegah terbentuknya noda gigi.

Keempat, buah strawberry punya kekuatan tersendiri untuk memutihkan. Hancurkan buah strawberry, kemudian dengan menggunakan jari, tempelkan pada gigi dan biarkan selama satu atau dua menit. Setelah itu gosok dengan sikat gigi secara menyeluruh.

Kelima, di pasaran juga tersedia berbagai produk pemutih gigi. Umumnya pemutih gigi ini berbahan aktif carbamide peroxides yang akan bekerja dengan mengoksidasi noda yang menempel pada gigi. Umumnya butuh waktu sekitar dua minggu untuk melihat hasilnya dan perlakuan ini seringkali perlu diulang setiap enam bulan.

Senin, 07 Januari 2008

Rumah Lelaki

Rumah Lelaki
Yusuf Arifin

Sejak kecil ia selalu dicekoki oleh orangtuanya bahwa rumahlah pelabuhan hidup. Dari sebuah rumahlah seseorang pergi berlayar dan kembali ke rumahlah ia akan berlabuh. Dunia menyediakan petualangan tetapi rumah adalah tempat berlindung ketika seseorang perlu berkeluh kesah atau untuk berbagi kegembiraan. Hancurnya sebuah rumah adalah pertanda hancurnya dunia yang melingkupi orang.

Ia memang tak pernah membantah cekokan itu. Masa kecilnya membahagiakan. Orang tuanya sempurna dalam segalanya, kakak dan adiknya tanpa cacat. Kehidupan berjalan tanpa riak yang berarti. Kesedihan kadang-kadang terjadi, seperti ketika ayahnya meninggal, tetapi kegembiraan adalah yang utama mewarnai hidupnya. Lagipula apalah arti kebahagiaan tanpa adanya kesedihan dan kegembiraan yang datang bergantian. Bukankah kebahagiaan adalah pastinya hati untuk menyambut ketika kegembiraan dan kesedihan datang?

Dengan bekal itulah ia kemudian memutuskan tiba waktunya untuk membuat pelabuhan sendiri, rumahnya sendiri. Ia harus keluar merengkuh dunia sebelum ia bisa membangun rumahnya sendiri. Sudah 24 musim dedaunan gugur ketika ia memutuskan itu. Kakak-kakaknya sudah mapan dengan rumah mereka sendiri. Masih ada beberapa adiknya di rumah namun mereka belum saatnya untuk pergi.

Ibunya mencium dengan kasih sayang. ''Bila sudah kokoh tiang rumahmu, undanglah aku dengan segera,'' pesan ibunya ketika ia pamit.

Ia tertunduk, matanya membening oleh air mata, tangannya mengelus tangan ibunya yang mulai penuh kerutan.

Dan begitulah. Waktupun berjalan persis seperti jutaan tahun sebelumnya. Matahari dan bulan tenggelam dan muncul bergantian sesuai garis edarnya.

Satu hari adalah 24 jam. Tidak kurang dan tidak lebih. Kadang sepertinya berjalan lebih lambat, kadang sepertinya lebih cepat, tetapi hatilah yang mengatakan itu, bukannya waktu. Waktu bergerak tanpa perasaan apapun juga. Berapa ribu kali langit berganti dari gelap ke terang, dari terang ke gelap.

Dan ia yang sudah meninggalkan rumah menyusuri dunia bersama waktu. Dari ujung ke ujung, dari batas ke batas, dari mana nafkah hidup mengulurkan tangan. Begitulah ia. Tentu saja ia tak lupa, masih jelas terngiang dibenaknya mengapa ia pergi, rumahlah pada akhirnya pelabuhan perjalanan ini, rumahnya sendiri.

''Rumahku sendiri. Bagaimana cara memulainya,'' gumamnya pelan.

Setiap kali ia merenungkan hal itu, setiap kali pula otaknya bergegas memulai perjalanannya kembali. Matanya menatap awas ke sekitar tetapi pikirannya melayang-layang. Tertanam betul nasehat ayahnya.

''Fondasi rumah harus kuat. Karena tanpa fondasi yang kuat rumah akan mudah rubuh. Inilah awal dari segala awal. Yang paling penting.''

Ia tersenyum. Ratusan kali ayahnya mengatakan hal itu. Yang pasti dilanjutkan dengan betapa tidak bedanya fondasi rumah dengan fondasi perkawinan. Fondasi rumah yang kuat akan mampu menghadapi angin ribut dan gempa. Fondasi perkawinan yang kuat akan mampu mengarungi tantangan yang seberapapun beratnya.

Ayahnya memang selalu mengaitkan rumah dengan perkawinan. Ah ... ayahnya memang seorang yang bijak. Ia masih sering merindukannya.

Ia menjadi teringat akan ruang keluarga rumahnya yang besar, hangat dan nyaman. Dua sofa yang besar menjadi titik pusatnya. Beberapa bantal besar teronggok di kaki sofa, siap menerima siapun yang ingin rebah diatasnya. Ada beberapa foto keluarga dan foto ayah dan ibunya saat masih muda. Entah berapa ribu jam ia habiskan waktu di ruang itu sekeluarga.

''Kalian tahu mengapa ruang keluarga ini aku buat senyaman mungkin?'' pernah ayahnya bertanya. ''Karena inilah tempat kita bersilaturahmi sebagai satu keluarga. Suka dan duka kita bagi bersama di tempat ini. Kalau kita punya persoalan kita pecahkan di tempat ini. Kalau kalian ingin menangis atau tertawa inilah tempatnya.

''Ia bersama kakak dan adiknya tak perlu bertanya tentang ruang lain di rumah, karena tanpa diminta ayahnya mulai berceramah.

''Rumah... rumah....rumah. Rumahlah segalanya. Aku buatkan kalian semua kamar sendiri agar kalian belajar bertanggungjawab. Harus kalian bersihkan dan tata sendiri, karena pada akhirnya kalian harus hidup sendiri-sendiri terpisah dari aku dan ibumu. Aku dan ibumu pasti suatu saat akan mati.

''Matanya akan memerah, suara sedikit pelan dan bergetar. Ia sekeluarga akan terdiam sendu. Adiknya yang paling bungsu selalu bergeser mendekat dan kemudian memijat-mijat kaki ayahnya.

Ayahnyapun kemudian akan mengelus-elus pundak ibunya sambil berkata, ''Tentu saja aku juga membuat kamar untuk aku sendiri dan ibumu. Kalianpun nanti akan begitu. Kami, ayahmu dan ibumu, perlu ruang pribadi. Untuk memadu cinta, untuk saling marah kadang-kadang, dan untuk membicarakan kalian tanpa kalian tahu.''

Kata-kata memadu cinta selalu membuat ibu tersenyum. Ia, kakak-kakaknya dan adik-adiknya juga ikut tersenyum.

''Ah ayah kalian memang kurang kerjaan,'' begitu selalu kata ibunya tersipu. Tetapi tak pernah ia mendengar ibunya tak mengiyakan perkataan ayahnya.

Percakapan mereka selalu kemudian ditutup dengan pembicaraan tentang atap rumah mereka. ''Sengaja aku bikin lancip ke atas sebagai simbol. Untuk mengingatkan pada aku dan ibu kalian bahwa perkawinan antara aku dan ibu kalian semoga saja merupakan tangga titian ke sorga. Menuju ke atas.''

Wajah ayahnya akan tiba-tiba serius dan ibunya akan menepuk paha ayahnya dengan perlahan sambil tersenyum gembira.

''Rumah....rumah...rumah,'' helanya perlahan. Walau rutin berkabar ke ibunya, tiba-tiba timbul keinginannya untuk berkabar ibunya di rumah saat itu juga. Tetapi apa yang mau dikatakannya? Tiba-tiba teringat percakapan mereka dulu dengan ayahnya? Kedengarannya sangat sentimentil untuk seorang lelaki seperti ia.

Minggu, 06 Januari 2008

Jauhkan Bayi dari TV!

Jauhkan Bayi dari TV!

Lihat Gambar

KapanLagi.com - Meski sudah banyak diciptakan acara khusus televisi dan rancangan film untuk bayi, tetap tak bisa mengubah pemikiran bahwa televisi bisa membawa dampak buruk bagi otak si kecil. Menurut sejumlah dokter spesialis yang dimuat dalam majalah kedokteran Jerman awal pekan ini secara tegas menyebutkan bahwa televisi secara mendasar tidak baik bagi otak bayi.

"Acara khusus televisi dan DVD rancangan khusus bagi bayi yang mengklaim dapat meningkatkan perkembangan otak secara nyata lebih membawa pengaruh buruk bagi perkembangan otak bayi," demikian pernyataan dokter ahli yang dimuat dalam majalah Neu-Isenburg.

Bayi belajar mengalami gangguan dari televisi, kata laporan ilmuwan yang mengacu kepada daya kerja otak yang merupakan penelitian Profesor Manfred Spitzer dari Ulm. Menurut Manfred Spitzer bayi tak dapat memproses rangkaian dari tampilan benda maupun suara dari televisi.

Spitzer mengatakan dalam satu penelitian di Amerika Serikat sekelompok bayi yang memiliki kisaran umur sembilan hingga 12 bulan dibacakan cerita dalam bahasa China sementara sekelompok bayi lainnya mendengarkan cerita yang sama dari sebuah televisi.

Bayi-bayi dari kelompok pertama dalam waktu dua bulan berselang dapat mengenali suara dalam bahasa China namun kelompok dua yang melulu hanya mendengarkan dan melihat tampilan layar di televisi tidak mempelajari apapun.

Para peneliti otak mengatakan bahwa letak televisi yang salah dapat berbahaya apabila seorang dewasa membacakan cerita bagi bayinya. Menurut satu penelitian lainnya yang melibatkan 1000 keluarga yang memiliki bayi dengan kisaran usia delapan hingga 16 bulan yang secara berkala dibacakan cerita, maka anak-anak tersebut mengenali atau mengetahui jumlah kata 8 persen lebih banyak dari rata-rata.

Jumlah perbendaharaan kata anak-anak yang banyak melihat acara Baby TV atau DVD yang khusus diperuntukkan bagi bayi adalah 20 persen lebih rendah dari jumlah kata yang dimiliki anak-anak secara rata-rata. (kpl/boo)

Anak Teraniaya Berpotensi Jadi Miskin Saat Dewasa

Anak Teraniaya Berpotensi Jadi Miskin Saat Dewasa

Lihat Gambar






Dan kemalangan yang dialami seseorang di masa kanak-kanak memberikan kontribusi besar pada kemiskinan hidup yang dialaminya di saat dewasa, kata seorang peneliti Universitas Monash Australia.

Korelasi erat antara pengalaman buruk masa kanak-kanak dan kemiskinan itu diungkapkan Direktur Pusat Nasional Riset Pencegahan Penganiayaan Anak (NRCPCA) Universitas Monash, Prof.Chris Goddard, berdasarkan hasil riset terbaru pihaknya.

Hasil penelitian yang telah dipublikasikan di Jurnal Internasional Child Abuse Review itu, katanya, mendapati pengalaman buruk dan malang di masa kanak-kanak berhubungan erat dengan fungsi keluarga, seperti penganiayaan terhadap anak, kekerasan keluarga, kehidupan keluarga yang porak-poranda serta anak-anak lari dari rumah di usia belia mereka.

Prof.Goddard mengatakan, semua pengalaman buruk tersebut memberikan sumbangan besar terhadap terjadinya kemiskinan sebagaimana dialami sekelompok orang yang hidupnya miskin di usia dewasanya.

Dari hasil kajian yang menggunakan metode wawancara berkedalaman dengan para respondennya itu, terungkap bahwa akumulasi kemalangan hidup di masa kanak-kanak tersebut tidak hanya membawa masalah kesehatan fisik dan kejiwaan tetapi juga memengaruhi kemampuan orang bersangkutan untuk bisa mencapai sukses dalam mengikuti sistem pendidikan dan lapangan kerja.

Akibatnya, mereka yang mengalami kemalangan dan hal-hal buruk lainnya semasa kanak-kanaknya akan menghadapi persoalan dalam kemampuan fisik, kejiwaan dan ekonominya di dalam kehidupan mereka kelak, katanya.

Sementara itu, Peneliti senior NRCPCA, Dr.John Frederick berpendapat, untuk membantu mereka yang mengalami masa kanak-kanak yang suram sehingga terhindar dari kemungkinan masuk ke dalam jurang kemiskinan, instansi terkait, seperti lembaga pelayanan perlindungan anak, perlu memberikan dukungan kepada mereka secara efektif sejak dini.

Intervensi yang efektif semacam itu merupakan modal terbaik bagi mereka, katanya. (*/cax)